Catatan M. Nigara: Suntikan Harapan dari Naturalisasi Ujug-ujug

By Abdi Satria


SEKALI lagi, ini tentang harapan prestasi tim nasional, Indonesia di Piala Dunia U20, Mei-Juni 2021. Sebagai tuan rumah pesta sepakbola dunia, kita: saya dan anda semuanya, tentu berharap tim nasional kita bisa berbicara, sedikitnya lolos dari babak penyisihan.

Dari 24 peserta yang akan berlaga, FIFA akan membagi 6 grup. Jika timnas kita bisa lolos dari penyisihan grup sebagai juara atau runner up, maka kita setidaknya bisa masuk 12 besar. Atau jika tidak langsung, timnas kita bisa masuk ke dalam empat terbaik di posisi ketiga. Tetap bisa lolos ke putaran 16 besar alias bisa tampil di babak knock out. 

Jika bisa menang di situ, maka timnas kita akan masuk delapan besar. Sekali lagi, jika timnas kita bisa menang lagi, maka bisa mencapai semifinal. Sampai di situ saja, kita boleh tersenyum bangga.

Meski kelihatan agak lebay, jika nasib baik sedang berpihak, maka timnas kita bukan tidak mungkin bisa mencapai final.

Pasti tidak mudah. Dibutuhkan kerja ekstra ketas. Memerlukan fokus yang luar biasa tajam. Mengutamakan persatuan dari semua pihak. Mengedepankan kejujuran tentang segala hal. Tanpa semua itu, rasanya kita hanya akan menjadi tuan rumah dari pesta orang lain.

Naturalisasi

Sekali lagi, ini pendapat saya pribadi, saya yakin pasti banyak di antara anda yang tidak sependapat. Pro dan kontra sangat wajar, meski diujungnya saya berharap mimpi tentang prestasi timnas kita di PD U20, bisa benar-benar tercapai.

" Gak bisa ujug-ujug, Kang," kata saudara saya Irawadi Hanafi, mantan tim manajer timnas di era Pak Agum. "Saya berharap timnas kita bisa berprestasi, tapi dengan cara yang baguslah," katanya.

Irawadi, satu dari sederet orang yang kontra naturalisasi ujug-ujug. Bukan ia dan mereka tidak setuju naturalisasi, tapi prosesnya harus yang elegan. Beberapa sahabat saya juga sependapat. "Ya, naturalisasi nggak apa, tapi kalau bisa yang ada darah Indonesianya, jangan yang orang asing tulen," tukas mereka. "Seperti Stefano Lilipaly lah," lanjut mereka.

Ketika saya menyebut Cristian el Loco Gonzalez dan Greg Engkolo, seperti suara koor (paduan suara) mereka mengatakan: "Itu bukan ujug-ujug !" Ya, El Loco dan Greg adalah dua pemain asing murni, tapi sudah lebih dari tujuh tahun merumput di Liga Indonesia.

Ujug-ujug

Tapi, saat saya tanyakan tentang kualitas timnas saat ini, mereka tersenyum simpul, bahasa halus dari kurang yakin.

Jujur, tanpa mengecilkan arti anak-anak kita yang ada saat ini, Shin Tae-Yong, manager-coach asal Korsel itu membutuhkan suntikan.

Dari situ saya mulai bermimpi. Mimpi membangun harapan dan meraih impian. Naturalisasi murni atau ujug-ujug, ini lagi-lagi pendapat pribadi saya yang berbasis sebagai wartawan sepakbola senior, perlu dilakukan.

Kabarnya ada lima pemain asal Brasil yang berusia 17-19 tahun akan dinaturalisasi. Mereka konon sudah berada di Indonesia sejak 17 Agustus lalu. Saya sendiri tidak tahu persis dan hanya baru dengar-dengar saja. Katanya lagi mereka berasal dari klub-klub utama Brasil dan ada satu yang bermain di klub liga 1 Portugal.

Masih dari dengar-dengar, maklum kuping wartawan itu kan sensi sekali, walau coba ditutup-tutupi, tetap saja bisa dengar-dengar. Dan hebatnya undang-undang pokok pers melindungi wartawan untuk menuliskan berita, sepanjang bukan fitnah, bukan rasis, bukan berita bohong, bukan cacimaki.

Dengar-dengar nih, kelas mereka berada di atas para pemain kita. Jika melihat asal klub mereka, bisa dipahami kelas mereka memang berada di atas anak-anak kita, maaf ya nak.

Apalagi, sekali lagi nih dari hasil dengar-dengar, kelimanya berasal dari 200 pemain pilihan CBF, federasi sepakbola Brasil. Ya, malu juga sih sumbernya dari dengar-dengar terus, tapi mudah-mudah tidak keliru dengar deh, Brasil biasa mengumpulkan pemain usia 17-19 dalam satu sesi untuk akhirnya dipilih ke dalam timnasnya.

Awalnya para pemain dipilih dari klub-klub, lalu dikumpulkan ke dalam perkumpulan seperti itu. Disaring lewat proses ketat untuk masuk ke dalam timnas yang akan berlaga juga di ajang U20 itu.

Jadi, sumbernya jelas, dan mudah-mudah kualitasnya juga jelas. Sebagai catatan, Brasil dengan 209, 5 juta jiwa (sensus 2018) penduduk, konon memiliki 300 juta pemain bola. Lha, kok? Itu banyolan yang intinya ingin menekankan bahwa calon bayi saja sudah dicatat sebagai pemain bola.

Sayang, saya dan kita semua tidak tahu siapa saja mereka. Satu yang saya ingat jelas ada pemain berusia 17 tahun dengan tinggi 198 cm, berposisi striker.

Lepas dari itu, meski terkesan agak konyol, saya tetap bersemangat dan berkeyakinan jika mereka bisa dinaturalisasi, maka timnas kita akan punya arti banyak di Piala Dunia U20 nanti. Meski terkesan ujig_ujug, saya, sekali lagi ini pendapat pribadi dan sebagai wartawan sepakbola senior, sangat mendukung. Timnas kita jika tidak boleh saya sebut sepakbola kita, memang butuh yang ujug-ujug.

Sejak 10 April 1930, sepakbola kita ya masih seperti ini. Kita butuh gebrakan yang tidak biasa. Kita memerlukan keberanian luar biasa. Tapi, kita juga butuh kejujuran dan keterbukaan.

Hadirnya calon-calon pemain nasional itu hendaknya kita sikapi dengan cara yang bijak. Tidak asal menolak dan tidak asal mendukung.